♠ Posted by Unknown at 16.00
Asus Eee Pad Transformer akan jadi salah satu tablet yang pertama -- jika bukan yang paling pertama -- yang menghadirkan tablet dengan sistem operasi Android Honeycomb di Indonesia.
Sebelum membahas lebih lanjut soal perangkat tersebut, mari intip dulu seperti apa Honeycomb.
Sejak layar pertama, Honeycomb segera menunjukkan perbedaannya dengan 'kakak'-nya. OS Android paling bungsu ini hadir dengan layout khas tablet.
Secara umum, layar utama Honeycomb terbagi atas tiga wilayah: system bar, action bar dan layar utama.
Tampilan Android 3.0 Honeycomb |
System Bar
System bar merupakan wilayah di bagian bawah layar yang mencakup tombol utama, notifikasi dan status.
Tombol utama yang dimaksud adalah Back, Home dan Recent Apps. Pengguna Ponsel Android tentu sudah akrab dengan tombol Back dan Home, masing-masing berguna untuk 'kembali ke layar sebelumnya' (back) dan menampilkan Home Screen.
Nah, Recent Apps adalah tombol baru di Honeycomb yang berguna untuk menampilkan beberapa aplikasi yang baru saja diakses pengguna. Jika disentuh (tap) akan muncul lima aplikasi yang terakhir dibuka, lengkap dengan nama dan thumbnail tampilan terakhirnya.
Di sisi kanan System Bar adalah lokasi untuk notifikasi dan status. Tak lepas dari bagian ini adalah tampilan jam. Kemudian ada status baterai dan konektivitas (misalnya, WiFi, Bluetooth atau lainnya).
Notifikasi lain yang juga muncul adalah yang terkait dengan aplikasi. Misalnya, jika judul pesan baru yang masuk ke Gmail, akan dimunculkan di sana. Area ini juga akan menampilkan hal-hal seperti status download aplikasi dari Android Market.
Action Bar
Action bar berada di bagian atas layar dan bersifat tembus pandang. Di Home Screen, bagian ini menampilkan Google Search (lengkap dengan tombol Voice Search), tombol Apps (untuk menampilkan daftar aplikasi) serta tombol + untuk mengatur tampilan Home Screen.
Pada saat menjalankan Aplikasi Android, area ini bisa jadi akan menampilkan menu sesuai konteks aplikasi yang sedang dijalankan.
Pada browser bawaan, Area ini menjadi tempat tab dan menu. Di Market, area ini bisa berisi kotak pencarian, shortcut ke My Apps hingga kategori Apps yang sedang dilihat.
Home Screen
Bagian utama Honeycomb tentu adalah layar besarnya. Tampilan Honeycomb terasa lebih lega dibandingkan Android sebelumnya. Selain faktor layar Asus Transformer, ini karena resolusi yang didukung oleh 'sarang madu' ini memang lebih besar.
Home Screen di Honeycomb bisa diisi oleh berbagai Widget maupun shortcut ke aplikasi. Pengaturannya berdasarkan grid, sehingga tampak lebih rapih.
Fitur lain yang menarik di Android adalah Live Wallpaper. Di Honeycomb, Live Wallpaper juga tersedia dengan efek yang makin memanjakan mata.
Live Wallpaper yang sempat dijajal pada Asus Transformer ini adalah Maps dan My Water. Maps akan menampilkan peta lokasi pengguna dengan data dari Google Maps.
Sedangkan My Water akan menampilkan permukaan air dengan bongkahan es mengapung di atasnya. Permukaan air itu akan miring sesuai posisi tablet, sedangkan ketinggian permukaan air mencerminkan status baterai perangkat.
Untuk mengatur Widget, Shortcut, Wallpaper dan lainnya pengguna bisa menyentuh tombol + di kanan atas Home Screen atau menyentuh area kosong Home Screen untuk waktu agak lama.
Aplikasi
Android Market: Salah satu aplikasi yang paling signifikan perubahannya adalah Android Market. Kali ini tampilannya dilengkapi dengan layar utama yang menunjukkan beberapa aplikasi pilihan di bagian atas.
Satu hal yang menarik dari Market itu adalah adanya label harga dalam Rupiah. Secara otomatis Android Market akan menampilkan perkiraan harga sebuah aplikasi dalam Rupiah.
Browser: Seperti sudah sempat disinggung, browser Honeycomb memiliki tampilan multi-tab. Beberapa fiturnya termasuk 'Incognito' alias browsing tanpa tercatat sejarahnya.
Karena terbilang masih baru, belum terlalu banyak aplikasi untuk Honeycomb yang tersedia. Beberapa aplikasi cukup mampu memenuhi layar, termasuk seri game Angry Birds yang populer itu.
Namun cukup banyak aplikasi yang terasa janggal karena tidak mendukung resolusi layar besar. Hal ini mengakibatkan aplikasi tampak sebagai sebuah kotak kecil di tengah / tepi layar hitam.
Tapi tak perlu khawatir, masalah itu toh akan teratasi apabila semakin banyak developer yang mengembangkan aplikasi untuk Honeycomb.
Kesimpulan
Meski waktu mencicipi Honeycomb relatif singkat, kesan dari penggunaan ini sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa tablet Android apapun yang akan masuk ke pasaran minimal harus menggunakan OS Android Honeycomb.
Dari sisi tampilan, fitur dan kenyamanan Honeycomb nampak sebagai OS yang ideal. Tentunya harus didukung oleh kemampuan hardware yang cakap, satu hal yang telah dipenuhi oleh Asus Transformer.
0 comments:
Posting Komentar